...

Mengekspos Kemunafikan - Sebuah Puisi Kemarahan

Puisi ini menggali tema kemunafikan dan membuka kedok para penipu yang bersembunyi di balik kebajikan palsu. Melalui gambaran yang membakar, puisi kemarahan ini ditujukan untuk mereka yang selalu bermuka dua dan menebar kebencian pada orang lainnya yang tidak berjalan sesuai stigma sosial.

anger poem - dramatic poetry tongue by rouzel soeb

LIDAH

Persetan dengan hujatmu!

Kau pikir aku akan terkesima dengan standar yang kau gores di permukaan kanvas hidupmu?

Aku masih bisa berpijak, meski dengan kedua kaki lemahku

Aku masih mampu menarik sejumput napas, untuk bertahan dalam sesakku

Pun cemooh dan air ludahmu takkan kubiarkan untuk mengerdilkanku


Tak kau pandang bayangan yang menghitam di cerminmu

Bagimu, dosa kecilmu tak seberapa

Hingga kau tak segan berteriak dan kerap mengangkat jari telunjukmu pada siapa pun

Bagimu, skala berat dosa membuatmu berhak untuk menampar mereka yang kau anggap manusia bejat

Kata-kata wejanganmu kau anggap suci dan mahal

Tanpa pernah kau mengulurkan tangan untuk benar-benar menyelamatkan jiwa mereka sebelum hancur

Mereka ... yang selalu meronta dan menangis untuk sekadar merasa layak hidup


Karena hanya dengan lidahmu, kau bisa menganggap dirimu lebih layak untuk diaku dunia sebagai kaum malaikat

Karena hanya dengan menunjukkan putihmu, kau bisa menghitamkan mereka yang berbeda denganmu


Persetan ... persetan dengan tuturmu!

Biar mereka memandang jahanam sepertiku dengan tatapan menista

Biar mereka melecut punggung kurusku yang dingin dengan sumpah serapah

Biar mereka memusuhiku, menjauhiku, dan menganggapku bak virus menular


Tapi ... aku tahu siapa diriku

Aku tahu seberapa tinggi harga diriku untuk menghadapi laknat sepertimu

Takkan aku lari dari tanggung jawab atas dosaku .... atau pandangan dunia akanku

Takkan aku berpaling dari jiwa-jiwa terluka ... yang kerap meraung dalam senyap

Aku akan terus tetap berdiri tegak dengan rupaku ... dan mengangkat mahkota kelamku


Persetan dengan lidahmu!

Persetan dengan jarimu!

Karena hanya mereka yang berharga yang kelak akan mampu melihat warna jiwaku

Tak perlu kau ... dan jutaan manusia palsu di luar sana


Sekali lagi, persetan denganmu!

Aku akan terus bertahan hidup di depan matamu!

Bagikan tautan halaman puisi ini melalui:

Tinggalkan komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: KONTEN INI DIPROTEKSI!!!
#!trpst#trp-gettext data-trpgettextoriginal=4498#!trpen#Seraphinite Accelerator#!trpst#/trp-gettext#!trpen##!trpst#trp-gettext data-trpgettextoriginal=4499#!trpen#Optimized by #!trpst#trp-gettext data-trpgettextoriginal=4498#!trpen#Seraphinite Accelerator#!trpst#/trp-gettext#!trpen##!trpst#/trp-gettext#!trpen#
#!trpst#trp-gettext data-trpgettextoriginal=4500#!trpen#Turns on site high speed to be attractive for people and search engines.#!trpst#/trp-gettext#!trpen#