Puisi ini menggali kedalaman kesedihan dan mengeksplorasi emosi yang mendalam seputar kehilangan cinta dan momok kematian.
Alkisah ...
Desember lalu kau pergi dan tak pernah lagi kembali
Tinggalkan aku sendiri untuk menghadapi dunia
Dengan peluh, aku berjuang untuk bertahan
Pun dengan berat napasku
Tapi sungguh ... kini hidupku menakutkan tanpamu
"Lanjutkan hidupmu," kata mereka dengan ringannya.
"Dia takkan bahagia jika melihatmu sendiri dan hampa," rekayasa mereka berdasarkan asumsi dua dunia
Kulakukan semua doktrin mereka untuk bertahan dalam dongeng 1001 malam
Tapi mati adalah mati
Dan sesak kesendirian bukanlah sugesti diri
Kini lihat, lihatlah aku ...
Tetap mencari sosokmu untuk merengkuhmu
Aku mengutuk ajal yang merengutmu
Kau ... tulang rusukku yang katanya abadi untukku
Sayang, konsep 'kau dan aku' nyatanya bukanlah hal kekal
'Kita' ... hanyalah bualan alkisah semata.
Bagikan tautan halaman puisi ini melalui: