Puisi ini berkisah tentang pengkhianatan dan mengeksplorasi rasa sakit yang mendalam akibat kehancuran yang disebabkan oleh gangguan seorang pelakor di dalam hubungan yang dulunya kokoh.
Teruntuk kau yang sudah merebut pasangan hidupku,
Terima kasih sedalam-dalamnya dan sebesar-besarnya
Sudah kau angkat borok dari rumahku
Dan menggondolnya pergi sebelum bau busuknya melumpuhkanku
Kau tentu butuh menikmati jerih payahmu
Pasti butuh waktu dan rupiah untuk bersolek menutupi buruk rupamu?
Pasti butuh pengalaman panjang berbagi ranjang dengan banyak orang lainnya untuk bisa leluasa menggodanya?
Tentu, kau tentu perlu mendapat lembaran rupiah darinya untuk sesuap nasi di mulutmu
Nafkah yang tak bisa kau jemput dengan menggunakan otak mungilmu
Nafkah yang tak pernah kau miliki karena kemiskinan panjangmu
Ya, tak jarang kaum sepertimu hanyalah duafa yang membutuhkan receh untuk mengubah hidup meranamu
Tak jarang kalian bersikap bak binatang yang menghalalkan belaian haram
Hanya demi membuka jalan untuk maksiatmu
Layaknya maling atau pencuri di malam hari yang menyedihkan
"Ini bukti kehebatanku, bukti rupa jelitaku mampu menjerat pasanganmu," katamu dengan pongahnya
Padahal, mereka yang memang suka memanjakan matanya tanpa pernah puas, akan selalu berburu
Habis ragamu, terbitlah molek lainnya
Dan kau ... ya, kau akan berakhir dengan tubuh tanpa cinta
Karena itu, aku bersyukur dengan kehadiranmu dalam rumah tanggaku
Aku berterima kasih atas jasamu menunjukkan rupa pasangan rumah tanggaku
Setidaknya, kau mencabut akar nerakaku
Kau bawa pergi dia yang memang terlalu menjijikkan dan tak pantas bersamaku
Asal jangan kau minta aku mengevaluasi diri untuk menjustifikasi hubungan terlarangmu
Dosamu dan dosanya bukanlah buah dari kesalahanku
Rendahnya kalian bukan lagi urusanku
Kalian dan aku tak perlu lagi saling menyebut, bukankah seharusnya begitu?
Sekarang, bersenang-senanglah!
Nikmati dunia kalian yang tercemar kutuk
Aku sendiri akan terus bersulang untuk hidupku yang baru
Karena sampai kapan pun, aku masihlah insan terhormat yang akan mendapatkan sejatiku
Tidak hina sepertimu!
Bagikan tautan halaman puisi ini melalui: