Setelah Pesta Perpisahan SMA Fori
"Perempuan itu ada di sekitar sini saat ini," tukas Antares pada Xynth sambil mengemudikan mobil SUV mewah mereka. Xynth duduk di sebelahnya, sementara Rigel yang paling muda duduk di jok belakang.
"Xynth, kamu ingat wajahnya?" tanya Rigel.
"Enggak," jawab Xynth tak acuh. "Nanti juga kita akan tahu dengan sendirinya."
"Ah, sialan, seharusnya itu dukun ada di sini untuk membantu kita menangkap nomor lima belas, tapi sekali lagi, Betelgeuse kabur di saat kita lengah!" Antares menggerutu sambil memukul setir mobilnya.
"Dia enggak akan kabur lama kali ini," jawab Xynth dengan tenang. "Lagi pula, aku enggak bermaksud untuk menangkap perempuan itu. Aku hanya mau tahu, apa benar ada tanda luka perak di badannya." "Bagaimanapun," lanjutnya, "menempati badan perempuan bukan sesuatu yang akan sudi untuk aku lakukan. Betelgeuse harus mencari jalan keluar yang lain tentang ini."
"Tapi bagaimana kalau perempuan itu memang tubuh kelima belas kamu dan satu-satunya jalan keluar yang tersisa bagi kamu seperti kata Betelgeuse?" tanya Antares.
Xynth melirik ke sebelahnya dengan jengkel. "Sejak tadi sepertinya kamu semangat sekali mendengar ide seorang calon kaisar langit menjelma sebagai perempuan, ya? Kalau kamu jadi aku, apa kamu mau hidup puluhan tahun ke depan SEBAGAI PEREMPUAN?!"
"Ahaha, aku kan hanya nanya," kata Antares sambil tertawa. "Tapi, bagaimana ya rasanya hidup seorang manusia perempuan? Aku dengar, mereka mengeluarkan darah setiap bulannya dan akan hamil kalau---"
"Hentikan, Antares!" sembur Rigel sambil menyentuh bahu temannya itu. Rigel selalu melakukannya setiap berusaha membuat Antares berhenti mengucapkan kata-kata yang akan membuat Xynth meledak dalam amarah. Itu sudah seperti kode di antara kedua pengawal putra mahkota tersebut.
"Itu dia, kan?!" ucap Antares mendadak sambil melihat sosok seorang gadis berjalan sendirian di kegelapan malam. Ia merasa terselamatkan dari bahaya kemarahan Xynth dengan melihat penampakan manusia kelima belas.
"Ya, kayaknya memang itu, Fortuna Ramaya," jawab Rigel sambil mencondongkan tubuhnya ke depan untuk melihat lebih jelas.
"Kenapa cara jalannya sempoyongan begitu? Apa dia sedang mabuk?" tanya Antares sambil memperlambat laju mobil mereka. "Lagi pula, kenapa dia pakai baju senorak itu?! Bahkan aku yang bukan manusia saja menganggap penampilan perempuan itu sangat buruk!"
"Tinggi badannya 158 senti," gumam Xynth pada dirinya sendiri, seolah-olah sedang menghapalkan banyak hal dari gadis itu. "Badannya kurus, rambutnya pendek dan kering, dan kulitnya enggak terawat. Sekarang aku makin yakin kalau Betelgeuse pasti salah. Dia dukun amatir!"
Antares berusaha keras untuk tidak menimpali ucapan Xynth, demikian juga Rigel yang membisu. Keduanya tahu bahwa Xynth sedang menolak kenyataan yang datang untuknya dan terlihat sangat frustrasi.
"Seharusnya dia punya keistimewaan tertentu, kan? Apa kita harus melihat tanda perak di badannya?" ujar Xynth lagi. "Bagaimana cara kita untuk bisa melihatnya?"
Xynth tidak pernah benar-benar bertanya. Rigel tahu kalau ia sebenarnya selalu memberi perintah di balik pertanyaannya.
Baik pria itu dan ibunya sama-sama memiliki sifat khas yang mengerikan. Mereka pemarah, arogan, dan seenak-enaknya. Meskipun begitu, Rigel lebih baik menghadapi Xynth dibanding dengan ibunya karena kalau Xynth masih bisa menahan rasa ingin membunuhnya, ibunya sebaliknya. Ia adalah wanita paling mengerikan yang Rigel tahu selama ini.
"Aku akan coba mengeceknya dari sini," kata Rigel sambil mengangkat jari telunjuknya ke arah sosok perempuan di luar yang tengah berjalan terhuyung-huyung di depan mobil mereka.
Pria itu lalu melepas sebuah sinar biru kecil dari telunjuknya dan membuat tubuh wanita yang sedang membelakangi mereka itu seketika menjadi terang. Semilir angin meniup rambut di bagian leher wanita itu dan ketiga pria yang berada di mobil langsung bisa melihat kalau tidak ada tanda perak apa pun di sana.
"Di kakinya juga enggak ada," lanjut Rigel lagi sambil memperhatikan betis wanita yang baru disinarinya itu.
"Apa mungkin tanda perak itu ada di pahanya?" timpal Antares penasaran. Pria itu lalu meniupkan angin ke bagian bawah gaun Fori dan membuat Xynth dan Rigel seketika sama-sama berteriak kaget.
"Apa yang kamu lakukan, bodoh?!" seru Rigel sambil memukul kepala Antares "Apa kamu enggak malu melihat bagian dalam badan perempuan?"
"Tapi itu tubuh kelima belas Xynth. Nanti juga kita akan sering-sering melihatnya," jawab Antares dengan polos dan membuat bola mata Xynth seketika berkilat-kilat penuh amarah padanya.
"Kalau aku sampai harus menjadi perempuan, akan aku pastikan kamu juga menjadi perempuan!"
"Jangan marah, Xynth," tukas Antares sambil menahan tawa. "Kita kan benar-benar harus mengecek segalanya? Siapa tahu saja tanda peraknya ada di bagian paha, atau punggung, atau dada, atau bagian itu---"
"Diam kamu!" teriak Rigel menolak membayangkannya. "Tanda itu enggak mungkin ada di lokasi-lokasi seperti itu. Siapa tahu adanya di telapak kaki, telapak tangan, kepala, atau wajah!"
Xynth yang mendengar ucapan itu dan tidak sabar, tiba-tiba mengangkat jarinya untuk memutar tubuh Fori dari tempatnya tengah jatuh terduduk. Ia lalu membuat perempuan itu menghadap ke arah mobil mereka. Dari kejauhan, Fori tampak seperti tercengang-cengang memandangi tubuhnya yang bergerak sendiri.
"Wajah perempuan itu jelek sekali!" gumam Xynth tidak percaya ketika melihat wajah mabuk Fori yang aneh. Ucapannya pun spontan membuat dua temannya kembali tenggelam membisu.
Tidak berhenti sampai di sana, Xynth kemudian mengangkat tangan Fori dan membuat telapak tangan gadis itu menghadap ke arah mereka. Wajah Fori tambah terlihat seperti terbingung-bingung karenanya.
Gadis malang itu dibuat terus berputar, terjatuh, terbangun, dan tertiup angin malam. Xynth bahkan kemudian juga membuat gadis itu terguling dan menerbangkan sepatunya, lalu membuat telapak kakinya menghadap ke arah mereka sampai Fori terjungkal.
Setelah tidak melihat ada tanda perak di bagian-bagian tubuh tadi, Xynth kali ini berniat untuk menggunduli kepala perempuan itu dengan menerbangkan semua rambutnya. Namun, mendadak perempuan itu menjerit sambil menangis dan mengumpat-ngumpat seorang diri ke udara. Ia masih tidak melihat mobil Xynth ada di depannya.
"Bi---biar aku turun saja dan bertanya secara langsung padanya, Xynth. Itu cara paling sopan," ucap Rigel mulai panik kalau Xynth akan membunuh perempuan malang itu sebelum menempati tubuhnya. Namun, Xynth langsung menghentikannya.
"Aku saja yang turun," ujarnya mendadak. "Aku harus melihatnya secara langsung untuk lebih yakin."
Rigel belum sempat berbicara lagi, tapi Xynth sudah membuka pintu mobil dengan tergesa-gesa dan segera turun.
"Menurut kamu, nyawa gadis itu akan aman?" tanya Rigel khawatir setelah melihat Xynth keluar dan berjalan secara meyakinkan ke arah Fori. Antares hanya mengangkat bahunya dan tertawa.
"Ini justru akan seru!" ujarnya dengan riang gembira.
Di tempatnya, Fori tengah menangis tersedu-sedu sambil duduk di atas jalanan beraspal. Rambutnya kini kusut karena sempat berdiri semua akibat tertiup angin kencang. Sepatu pantofel murahannya juga entah bagaimana mendadak terbang dan terlepas dari kakinya.
Kini, ia terjatuh dengan penampilan awut-awiutan dan maskara hitam yang sudah luntur ke wajahnya akibat menangis sedari tadi. Fori benar-benar terlihat seperti hantu mengerikan di tengah jalan dan merasa hidupnya sangat sial hari itu.
"Apa-apaan ini? Tadi karena Hannah ... sekarang bahkan angin pun mau ikut menghancurkan hidup aku. Alam pasti benar-benar membenci aku," keluh Fori seorang diri sambil meraung-raung dengan penampilan yang tidak jelas.
Ia kemudian berusaha berdiri dari tempatnya dengan susah payah dan langsung mendongak ke arah langit dengan kesal. "LANGIT SIALAN, KALIAN PIKIR AKU PEDULI KALAU KALIAN MEMUSUHI AKU?!!!"
Xynth yang tengah berjalan mendekat ke arahnya, langsung melonjak kaget mendengar makian lantang sang gadis. Langkahnya kini terhenti karena terkejut melihat Fori mengumpat-ngumpat dengan kasar ke langit secara nonstop.
Sekarang aku mengerti kenapa perempuan ini mendapat kutukan dari langit, batin Xynth sedikit syok.
"Siapa kamu?!" bentak Fori mendadak setelah membalikkan badannya dan melihat ada sosok pria yang tengah mematung menatapnya. Wajah mabuknya merah padam karena amarah dan kini terlihat sangat mengerikan. "Kamu juga mau ikut menghancurkan hidup aku?!"
Xynth tidak langsung menjawab. Ia melihat mata wanita kacau di depannya itu mendadak memicing ke arahnya yang malam itu hanya mengenakan piyama tidur dan slippers berwarna putih.
"Tu---tunggu sebentar, apa aku pernah kenal kamu?" lanjut Fori lagi sambil melangkah terhuyung-huyung mendekati Xynth. "Wajah kamu kok seperti sangat familiar?"
Xynth bergerak mundur saat melihat Fori semakin mendekat ke arahnya. Mendadak ada rasa gentar dalam dirinya melihat kegalakan Fori yang serupa dengan ibunya. Namun, tangan gadis itu tiba-tiba mencengkram lengannya dan matanya kini tampak melotot. Pria itu pun sontak bergidik ngeri karenanya.
"Aku pernah melihat mata perak kamu," desis Fori sambil mendongak ke wajah Xynth dengan napas yang berbau alkohol. "Kamu ... kamu ... kamu pemuja setan yang mencuri tubuh Sega, kan?!"
"Pe---pemuja setan?" tanya Xynth kebingungan. Ia melihat tatapan penuh amarah dari Fori. Namun dalam beberapa detik setelahnya, gadis itu mendadak merengut dan kedua pipinya bergerak seperti mengulum, seakan-akan ia sedang berjuang untuk melawan sesuatu dari dalam dirinya sendiri.
"Tu---tunggu sebentar," ucap Xynth mulai tersadar akan situasinya. Ia baru saja akan beranjak kabur dari gadis itu, tapi ternyata ia sudah terlambat. Fori tiba-tiba sudah mengeluarkan isi perutnya yang sejak tadi bergejolak, tepat di bagian dada Xynth dan langsung mengotori piyama pria itu.
"Aku akan bunuh kamu, manusia sialan!" desis Xynth dengan wajah murka. Ia dapat mendengar Antares tertawa terpingkal-pingkal dari dalam mobil mereka dan ia langsung mengirimkan tamparan keras ke wajah sang pengawal dari jauh.
"Sega ... aku harus bagaimana?" bisik Fori ke arah Xynth secara mendadak dengan nada yang terdengar pilu sambil menundukkan keningnya di dada pria itu. "Aku harus bagaimana? Mereka semua jahat ke aku dan kamu sudah enggak lagi melindungi aku. Sekarang aku harus bagaimana?"
Xynth melihat Fori perlahan mengangkat wajah sedihnya dan kini kembali menatap wajah pria itu dengan air mata yang berlinang. Ia menangis tersengguk-sengguk di dada Xynth dan kini terlihat lebih rapuh dibanding beberapa menit sebelumnya.
"Aku benar-benar sendiri sekarang dan mereka semua benci aku. Kenapa kamu lupa sama aku?! Kenapa kamu menjauh dari aku?!" Dari nada pelan, gadis itu mendadak menjerit histeris sambil memukuli dada Xynth dengan keras dan terus menangis.
Xynth tercengang. Ia belum pernah melihat seorang gadis menangis padanya secara langsung --- tidak di bumi, tidak di Kiklios, dan tidak dalam seribu tahun masa hidupnya di bumi. Tubuh pria itu mematung dan entah mengapa ia menjadi bingung sendiri.
Di saat ia mulai merasakan iba pada tubuh kelima belasnya, tiba-tiba gadis itu mengeluarkan muntahannya sekali lagi dan kini bahkan sampai mengenai kedua kakinya. Xynth baru saja akan meluapkan emosinya yang memuncak dan melempar tubuh gadis itu ke ujung bumi, tapi sesuatu mendadak membuat ia kembali mematung.
Pria itu melihat sebuah sinar perak kecil miliknya, muncul dari bagian belakang tubuh Fori. Bola mata perak Xynth membesar dan ia terdiam kaget saat melihatnya. Ia sudah akan memegang sinar perak miliknya sendiri di punggung Fori, tapi gadis itu tidak mau berhenti bergerak.
"Diam sebentar, aku mau memastikan sesuatu," kata Xynth padanya. Wajah Fori tampak seperti bingung menatap ke wajah Xynth yang mendadak sangat serius. Entah bagaimana, ia curiga pria itu berniat menyentuhnya. Hal itu membuatnya kini mulai ketakutan karena baru sadar kalau mereka berdua hanya sendirian di jalanan yang gelap.
"Kau mau ngapain?" tanya Fori padanya sambil menepis tangan Xynth dari belakang pundaknya. Xynth tidak menjawab dan tetap berusaha untuk menyentuh kulit punggung Fori.
"Kamu mau apa?!" Fori yang semakin ketakutan, mulai melangkah mundur. Ia mulai mengira kalau bekas teman masa kecilnya dulu itu mungkin sudah berubah menjadi pria hidung belang yang berbahaya. Ia bahkan kembali menepis tangan Xynth yang berusaha menahannya.
"Diam!" bentak Xynth padanya dengan keras. Karena tidak sabar, pria itu lalu membuka paksa bagian atas gaun Fori untuk menyentuh kulit punggung Fori dengan tangannya.
"Kamu ... kamu ternyata benar nomor lima belas," gumam Xynth kemudian dengan wajah syok.
Fori yang tidak paham hanya melongo di tempat, merasakan tangan Xynth di bagian atas punggungnya. Sedetik kemudian, ia tersadar dan segera mendaratkan tamparan keras di wajah Xynth. Gadis itu langsung berteriak minta tolong sambil berusaha melarikan diri.