"Siapa nama kamu?"
Polisi berseragam coklat yang bernama Joko mengulang pertanyaannya dan memandang ke wajah Xynth dengan tatapan yang aneh. Baik Xynth, Fori, dan Rigel berada di kantor polisi malam itu akibat laporan pelecehan seksual yang diajukan Fori atas Xynth. Antares sendiri mendadak menghilang entah ke mana usai semuanya menjalani tes urine.
"Xynth, nama saya Xynth."
"Nama panjang sesuai KTP?" tanya Joko lagi.
"Enggak ada, hanya Xynth," jawab pria itu dengan sombong sambil duduk santai tanpa sekali pun memandang ke wajah polisi di hadapannya. Mata Xynth terus menatap tajam ke arah Fori yang kini sudah setengah tersadar dari mabuknya.
"Namanya dulu adalah Sega Adrian, Pak, tapi orang ini mengganti namanya menjadi Xynth sewaktu kami kecil," ucap Fori sambil mencondongkan setengah badannya ke meja Joko yang tengah mengetik tersebut.
"Keluarganya juga aneh," lanjut Fori lagi. "Bapak tahu kan rumah bukit yang sangat besar itu? Nah, dia dan keluarganya tinggal di sana. Mereka semua jarang ke luar rumah dan mereka seperti keluarga pemuja setan. Orang-orang di daerah kami bilang kalau banyak asisten rumah tangga yang hilang di rumah mereka dan keluarga mereka meminum darah orang-orang itu seperti vampir."
Joko bengong melihat Fori yang tidak berhenti nyerocos dan terlihat seperti berapi-api.
"Pemuja setan? Vampir?" ulang polisi itu dengan nada seperti frustasi. Ia kemudian menoleh ke arah Xynth yang melirik jengkel ke arah gadis itu.
"Kenapa kamu mengganti nama kamu?" tanya Joko lagi pada Xynth.
"Nama itu bawa sial," jawab Xynth dengan asal. Namun, matanya masih mendelik ke arah Fori. Pria itu tidak berhenti menyemprotkan parfum mahal ke piyamanya yang tadi sudah dibersihkan dari muntahan Fori.
"Tempat dan tanggal lahir kamu?"
"Kiklios, 10 juta tahun lalu," jawab Xynth dengan enteng.
Polisi tersebut seketika membenamkan kepalanya di meja dan kemudian mendongak lagi dengan wajah merana. "Anak muda, kalian sedang mempermainkan polisi? Saya sedang menjalankan kewajiban negara dari pagi sampai tengah malam begini bukan hanya untuk mendengar ocehan gila kalian!"
"Maaf, Pak," timpal Rigel dengan sopan sambil menyentuh pundak Xynth sebagai isyarat agar pria itu diam. Ia kemudian menyerahkan KTP Xynth pada polisi tersebut. "Ambil informasi dari sini saja, Pak!"
Joko membaca data Xynth dari KTP tersebut dan kemudian mengetik isinya di laptopnya. "Umur kamu baru dua puluh tahun dan Fortuna masih berusia tujuh belas tahun. Dia baru akan berusia delapan belas tahun dua bulan lagi. Hmmh!"
Joko mendadak menoleh dengan jengkel ke arah Fori yang wajahnya masih memerah karena efek sisa alkohol. "Seharusnya anak berusia di bawah 21 tahun di negara ini belum diperbolehkan minum alkohol. Kamu tahu itu, kan?! Dan kamu ...."
Sang polisi kembali menoleh ke arah Xynth. "Kamu kan enggak mabuk! Laki-laki muda seperti kamu harus belajar bersikap sopan ke yang lebih tua dan menjawab pertanyaan polisi dengan serius!"
"Betul sekali," ucap Xynth, kali ini sambil memandang ke wajah polisi tersebut dengan sinis. "Seharusnya yang lebih muda bisa bersikap sopan ke yang lebih tua!"
Joko menggeram kesal karena melihat tatapan arogan Xynth padanya dan mulai mengepalkan tangannya sendiri dengan erat untuk menahan emosinya. "Anak muda, kamu tahu kalau kamu sedang mendapat tuduhan serius? Mbak ini bilang kalau kamu melecehkannya. Kamu bisa saja mendekam di penjara akibat hal ini."
"Kamu juga!" Joko membentak Fori. "Kamu mabuk-mabukkan, padahal belum cukup umur untuk minum alkohol. Kamu juga bisa masuk sel tahanan malam ini juga!"
"Sa---saya enggak---" ucapan Fori belum selesai, tetapi langsung dipotong oleh Xynth.
"Saya enggak mungkin melecehkan perempuan ini. Bapak bisa lihat perbedaan kami, kan? Buat apa orang seperti saya harus melecehkan perempuan seperti dia?!" tuka Xynth sambil menunjuk wajahnya sendiri, kemudian wajah Fori.
"Orang seperti kamu? Perempuan seperti aku?" ulang Fori dengan intonasi mulai meninggi. "Heh, kamu merasa kamu paling sempurna ya?! Kamu ini menganggap diri kamu pangeran atau apa?!"
"Memang," jawab Xynth enteng dan memang itu faktanya.
"A-apa?! Dasar laki-laki psikopat narsistik!"
"Kamu harus lihat kenyataannya," sambung Xynth. "Aku itu ganteng, kaya raya, dan juga pintar. Aku bisa dapat perempuan mana pun yang aku mau; kenapa aku harus melecehkan perempuan jelek, bodoh, dan pelanggar hukum seperti kamu?"
"Pelanggar hukum?! Heh!" teriak Fori dengan histeris. Ia lalu berdiri dari kursinya dengan masih sempoyongan. "Kamu sudah melecehkan aku! Sekarang kamu bilang kalau aku yang melanggar hukum?!"
"Mana bukti kalau aku sudah melecehkan kamu? Kamu bahkan muntah di badan aku! Seharusnya aku yang mengajukan keluhan ke polisi!"
"A---aku ...." Sesaat, Fori terlihat kebingungan. Namun, ia langsung menoleh ke arah Joko. "Ah, pasti di jalanan tadi ada CCTV, kan? Rekamannya bisa membuktikan ucapan saya, Pak!"
"Tepat sekali, ada CCTV di jalan, dan juga ada rekaman kamera di mobil kami," desis Xynth. Ia kemudian menatap ke arah Joko yang menyimak pertengkaran keduanya dengan raut lelah. "Saat ini, teman saya yang satu lagi sedang mengambil kartu memori rekaman kamera mobil kami. Sebentar lagi akan ketahuan apa saya benar-benar melecehkan perempuan ini atau enggak!"
"Kamu jelas-jelas membuka baju aku dan menyentuh punggung aku!" teriak Fori lagi dengan geram. "Dasar laki-laki mesum!"
"He---hentikan." Joko berusaha melerai keduanya sambil tetap memaksakan dirinya tersenyum.
"Aku? Mesum?!"
"Mesum, psikopat, dan pemuja setan!"
"Hentikan!!!" teriak Joko setelahnya dengan amarah yang memuncak.
Rigel segera bergerak cepat untuk menyentuh bahu Xynth dan menenangkannya sebelum pria itu balik marah dan meledakkan seluruh bangunan di sana.
"Aku benar-benar akan membunuh perempuan ini," bisik Xynth ke telinga Rigel dengan napas yang tersengal-sengal. Ia menarik dan menghembuskan napasnya berkali-kali untuk menahan emosinya. "Ini makanya aku benci manusia!"
"Sa---sabar, Lima Belas hanya sedang mabuk. Sebentar lagi Antares akan datang," ujar Rigel.
Antares yang sedari tadi ternyata tengah berada di tempat parkir, mendadak masuk ke pintu ruangan tersebut hanya sedetik setelah Rigel memperkirakan kedatangannya. Wajahnya yang cengengesan membuat Joko seketika bertambah jengkel.
"Saya sudah membawa rekaman kamera mobil kami," kata pria itu sambil menyerahkan sebuah kartu kecil pada Joko. Setelah menarik napasnya dalam-dalam, sang polisi pun segera memasukkan kartu itu dengan menggunakan card reader, lalu memutar rekamannya sambil memperlihatkan layar laptopnya ke arah semua yang di sana.
Fori mendekat untuk ikut melihat isi rekaman itu dengan saksama. Betapa kagetnya gadis itu saat melihat rekaman black box justru menunjukkan fakta yang sebaliknya. Dalam rekaman tersebut, entah bagaimana Fori malah terlihat seperti orang mabuk yang gila dan mengejar-ngejar Xynth, serta mencoba untuk mencium pria itu secara paksa. Pria itu terlihat seolah-olah menolak, tetapi Fori malah menampar wajahnya.
Melihat hal tersebut, gadis itu langung bengong total. Ia yakin dirinya tidak pernah melakukan hal-hal memalukan seperti itu. Namun, rekaman itu jelas-jelas mempertontonkan wajah dan gerakan Fori secara detail. Karena sangat syok, perempuan pun itu terjatuh lemas di kursinya.
"Apa kamu enggak berlebihan memanipulasi isi rekamannya? Aku terlihat seperti laki-laki lemah dan memalukan dalam video itu," bisik Xynth ke telinga Antares sambil mencengkeram pundak pria itu dengan keras.
"Aduh!" teriak Antares tertahan sambil memegang pundaknya yang seketika membiru. "Kita harus melakukannya dengan maksimal agar ini semua jadi lebih meyakinkan, kan?"
Rigel menatap Antares dengan sama jengkelnya dengan Xynth. "Meyakinkan kepalamu!"
Joko sendiri hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya setelah melihat itu, dan kini mengangkat alis matanya yang tebal ke arah Fori.
"Sa---saya enggak ...." Fori mendadak gugup. "Me---mereka pasti mengeditnya. Saya enggak pernah melakukan hal aneh seperti itu!"
"Mereka mengedit video dengan pixel yang jernih hanya dalam waktu sejam?" sindir sang polisi. "Inilah akibatnya kalau anak yang enggak biasa minum memaksakan diri mereka minum terlalu banyak alkohol."
Wajah Fori langsung merah padam. "Untuk apa saya berusaha mengejar dan mencium dia? Saya bahkan enggak pernah tertarik dengan dia!"
"Kamu terus memanggil aku dengan nama Sega dan sepertinya kamu menganggap aku orang lain," timpal Xynth tanpa dosa.
"Aku? Melakukan itu?"
Joko memperhatikan wajah Fori yang terlihat seperti sedang linglung dan merasa sangat malu sambil menghembuskan napasnya.
"Apa kalian benar-benar akan meneruskan kasus ini?" tanyanya mulai ogah-ogahan.
"Saya akan buat laporan balik terhadap perempuan ini," jawab Xynth dengan tampang serius.
"Kita akan membuat laporan balik?" Rigel ikut bertanya dengan suara yang berbisik ke arah Xynth. Ia kini terlihat kaget.
"Perempuan itu akan memohon ke aku untuk dilepaskan nanti, dan aku akan mengajukan syarat tertentu ke dia. Kita tunggu saja," jawab Xynth dengan enteng.
Benar saja, setelah lama terdiam mematung dan menahan tangis karena malu, Fori mendadak berlutut di hadapan Xynth dan langsung besikap memelas.
"Ma---maafkan aku," katanya dengan takut-takut. "Aku benar-benar enggak sadar saat melakukan itu. Kalau sadar, aku jelas enggak akan pernah melakukannya. Aku bahkan enggak pernah mencium laki-laki mana pun sebelumnya. Aku enggak mengerti bagaimana aku bisa sedemikian tolol sampai mengejar-ngejar kamu hanya untuk mencium kamu."
"Tolong maafkan aku," lanjutnya, "aku enggak bisa mendapat catatan buruk kepolisian saat ini karena beasiswa kuliah aku di Universitas Immaculata bisa dicabut sama pihak yayasan nanti kalau mereka tahu. Aku mohon ke kamu."
"Baru beberapa menit yang lalu, kamu sebut aku bandot, pemuja setan, dan psikopat. Sekarang, kamu mohon ampun dari aku?"
Fori memandang ke wajah Xynth yang seperti di atas angin dengan air mata yang menggenang. Ia terlihat mulai putus asa. "A---aku benar-benar menyesal. Aku sadar kalau aku sudah sangat keterlaluan ke kamu. Tolong maafkan aku. Aku akan melakukan apa pun mau kamu sebagai gantinya! Aku mohon!"
"Apa pun?" ulang Xynth, mendadak menarik garis senyumnya sambil melirik ke arah Antares dan Rigel yang menyeringai.
"A-apa pun, selagi itu enggak melanggar hukum," jawab Fori dengan mata yang sembab. "Aku mohon! Aku enggak boleh memiliki catatan hukum yang buruk."
Xynth pura-pura berpikir sejenak, sebelum akhirnya menjawab Fori, "Baiklah, aku akan mempertimbangkan ini dan memberi kamu jawaban besok pagi."
"Se---sekarang aku bagaimana?" tanya Fori dengan panik.
"Kamu pelaku kriminal ya kamu harus mendekam satu malam di sel tahanan sebagai konsekuensi atas tindakan kamu dalam membuat laporan palsu, pelecehan, dan ucapan fitnah. Aku akan mencabut laporan aku kalau kamu berhasil mengubah pikiran aku besok pagi!"
Joko tersenyum. Ia tahu kalau Xynth hanya menggertak dan tidak benar-benar berniat untuk memenjarakan gadis itu. Ia juga bisa membaca kalau Fori bukan benar-benar gadis yang berpotensi untuk melanggar hukum.
Gadis itu hanya bernasib sial karena meminum terlalu banyak alkohol di pesta perpisahan sekolahnya. Karena itu, ia pun mendekati Fori yang masih terisak dan langsung membawa gadis malang itu ke sel tahanan sementara di kantor mereka; tepat setelah Xynth dan yang lain-lainnya pergi.
"Kamu mau saya menghubungi salah seorang kerabat kamu?" tanya polisi yang baik itu pada Fori.
Fori menggeleng lemah. "Enggak usah, Pak, Suster Elsa akan panik kalau tahu saya ditahan di kantor polisi. Kalau diperbolehkan, biarkan saya mengirim pesan ke dia sebentar lewat handphone saya. Saya harus bilang ke dia kalau saya akan menginap di tempat teman malam ini supaya dia enggak khawatir."
"Silakan," jawab Joko sambil tersenyum.
Begitu Fori pergi ke lemari tempat penyimpanan barang-barangnya, polisi tersebut segera mendekati rekannya di bagian kriminal yang sedari tadi tampak sedang sibuk mengecek sesuatu di ruang lainnya.
"Rumah di atas bukit yang terkenal itu...," kata Joko padanya, "bukannya ada seorang Kompol di Polres Bogor yang tengah menyelidiki para penghuninya karena kasus orang-orang hilang?"
Pria muda yang sedang duduk di mejanya itu menengadah ke arah Joko. "Kompol Lingga?"
"Ah ya, namanya Lingga. Dia sedang menyelidiki wanita pemilik rumah itu dan sebelumnya enggak pernah berhasil ketemu dengan wanita itu dan yang lain-lainnya, kan?"
"Sepertinya begitu. Memangnya kenapa?"
"Enggak, hanya saja ... aku hanya mau kasih tahu dia kalau anak wanita pemilik rumah itu tadi ada di sini. Dia ... untuk pertama kalinya mau bertemu dengan polisi."
___
"Jadi dia benar-benar nomor lima belas? Betelgeuse enggak bohong soal itu?" tanya Rigel dan Antares serempak kaget. Mereka semua sedang dalam perjalanan ke rumah Xynth sepulang dari kantor polisi karena kasus Fori.
"Ada tanda perak aku di bagian belakang atas punggungnya. Tapi anehnya, kali ini tandanya enggak berbentuk garis, melainkan elips," jawab Xynth dengan pandangan masih mengawang ke luar jendela mobilnya.
"Apa artinya bentuk lambang itu?" tanya Rigel lagi.
"Aku enggak tahu. Betelgeuse yang harus tahu soal itu atau harus mencari tahu."
"Aku enggak percaya ini. Meski dari kemarin aku bercanda soal nomor lima belas, tapi aku masih enggak yakin kalau dia memang akan jadi tubuh kamu selanjutnya. Ternyata memang benar," gumam Antares, kali ini terdengar serius. "Kalau semua orang di Kiklios tahu soal ini, ini bisa bahaya. Aku rasa, bagaimanapun, kamu harus langsung bilang soal ini ke ibu kamu, Xynth."
Kali ini Rigel setuju dengan Antares. "Benar, hanya ibu kamu yang mungkin akan mampu untuk mengatasinya."
"Jangan sekarang, dia sedang dalam situasi genting menghadapi konflik dengan Kerajaan Andromeda," ucap Xynth dengan raut gelisah. "Untuk sementara, kita harus terlebih dahulu mencari tahu banyak hal tentang Lima Belas. Bagaimana dia yang manusia murni bisa menjadi tubuh kelima belas aku? Ini masih sangat aneh."
"Apa sebenarnya dia bukan manusia? Apa dia sebenarnya bagian dari kerajaan langit selain Kiklios?" Rigel masih bertanya-tanya.
"Enggak mungkin. Kita semua akan tahu kalau dia bukan manusia murni dari cahaya tubuhnya. Satu hal yang pasti ... Betelgeuse juga akan langsung tahu dan kasih tahu kita kalau dia berpikir Lima Belas bukan manusia murni."
"Kamu akan membebaskan Lima Belas besok pagi?"
"Sepertinya begitu," jawab Xynth seakan-akan terpaksa.
"Kasihan juga Lima Belas. Dia enggak tahu kalau rekaman itu sudah kita rekayasa," ujar Rigel lagi. "Kamu sudah memikirkan akan meminta apa dari dia sesuai perjanjian kalian tadi?"
"Belum, tapi itu pasti akan berguna suatu saat nanti."
"Ngomong-ngomong," gumam Antares, mendadak terpikir sesuatu. "Kalau kita akan terus menerus menguntit nomor lima belas, bukannya para polisi manusia nanti akhirnya bisa curiga ke kita?"
"Untuk itu, aku akan membuat kedekatan kita dengan Lima Belas nanti terkesan natural," jawab Xynth pada Antares. "Tadi dia bilang akan masuk ke Universitas Immaculata, kan? Cari tahu ke bagian mana dia akan masuk dan kita akan ikut mendaftar ke sana. Kita akan coba untuk mengawasinya dari jarak dekat mulai sekarang."
"Baik," jawab Antares dengan sikap patuh. "Ah, aku bersemangat sekali. Sudah lama kita enggak masuk ke universitas para manusia semenjak ... tubuh kedelapan Xynth dulu?"
"Kita tahu hampir semua jawaban pendidikan apa pun di bumi, dan Xynth dulu sampai sudah pernah menggunakan seratus persen kapasitas otak manusianya," kata Rigel. "Itu yang buat dulu kita memutuskan untuk enggak lagi menjalani pendidikan formal seperti layaknya manusia yang lain dan mulai hanya menjalani homeschooling sebagai formalitas. Menarik juga kalau mendadak kita kembali berbaur secara normal versi para manusia."
"Kita juga harus kembali mencari Betelgeuse. Dia pasti masih ada di sini, karena kalau dia di Kiklios ... dia pasti sudah mati," tukas Xynth lagi. "Kita harus benar-benar mencari cara agar aku enggak perlu menempati tubuh kelima belas. Untuk itu, Betelgeuse harus di sini."
"Aku akan berusaha melacak keberadaan dia," seloroh Rigel sebelum diperintah.
"Xynth, ini hanya usul aku; kamu bisa melupakannya kalau kamu enggak mau," ujar Antares dengan hati-hati. "Meskipun akan terdengar kejam ... untuk mencegah kemungkinan buruk ke depannya, apa enggak sebaiknya kamu mendekati Lima Belas dengan lebih baik sebagai laki-laki? Bagaimanapun, kalau memang kamu harus menempati tubuh dia, bukannya kamu harus terlebih dahulu mempelajari apa pun tentang dia sehari-harinya?"
Rigel terdiam dan tidak memberi argumen sanggahan, yang artinya ucapan Antares tadi bukan ide buruk baginya. Sementara Xynth juga tidak bereaksi apa pun atas usul Antares padanya. Itu artinya, Xynth sendiri memang sudah berencana untuk melakukannya. Pria dengan kedudukan paling tinggi di langit itu akan mulai berusaha untuk mendekati Fori.