Kalian pikir kalian tahu tentang hidup seseorang yang kerap mengalami perundungan sepertiku?
Namaku Kiran Kania dan aku adalah cucu dari seorang dukun terkenal di Banten. Sedemikian terkenalnya nenekku, dia sampai kerap didatangi oleh orang-orang penting dari berbagai penjuru Indonesia, baik mereka yang berasal dari kaum selebriti, maupun orang-orang tertentu dari dunia politik yang butuh bantuannya.
Nenekku sangat mengerikan dan ditakuti. Siapa yang enggak tahu kalau dia pengguna ilmu hitam? Bahkan mamaku saja sampai kabur dari rumah nenek saat SMA karena sudah terlalu sering mendapat pengalaman horor di rumah mereka sendiri. Karena itu, ia memilih untuk menumpang hidup di rumah saudara kami lainnya, lalu menikah, melahirkanku, dan kemudian menjadi seorang guru SMA.
Aku sendiri pernah dibawa untuk mengunjungi nenek di Gunung Pulosari. Sama seperti mamaku, aku juga langsung mampu merasakan situasi mencekam di sekitar nenek yang hidup hanya berdua dengan pesuruhnya. Ya, kami semua sangat 'sensitif'. Mungkin karena merupakan keturunan nenek, kami mampu merasakan aura berbeda di sekeliling kami dengan cepat.
Yang kemudian membuat nasibku seakan dikutuk menjadi sial adalah karena nenek menyukaiku. Dia lebih ramah ke aku dibanding dengan ke mamaku sendiri. Aku bahkan sempat diminta untuk tinggal di sana cukup lama di masa liburan sekolahku dulu. Meski selalu ketakutan di dekat nenek, tapi apa daya, aku juga terlahir materialistis.
Kalian tahu ... nenekku sangat kaya. Selain kaya, dia juga luar biasa royal. Setiap aku ke sana, dia selalu memanjakanku dengan berbagai mainan baru atau juga cemilan-cemilan mahal yang jarang bisa aku minta dari mamaku sendiri.
Sayangnya, selalu ada masalah di balik kesenangan instan. Semenjak terakhir berlibur ke sana dan menetap hampir satu bulan lamanya, banyak hal ganjil yang perlahan terjadi di sekitarku. Entah bagaimana, orang-orang tertentu jadi sering melihat sesuatu di sekitarku dan menjadi sangat takut.
Sebenarnya semua berawal hanya dari satu insiden. Di kelas lima SD, seorang teman sekelasku mendadak kesurupan dan sampai tidak masuk sekolah selama dua minggu karena hal itu. Begitu ia sudah mulai membaik, anak itu bilang kalau sosok yang memasuki tubuhnya adalah sosok gelap yang selalu ada di sekitarku.
Tentunya setelah itu, kondisi jadi berubah total bagiku. Semua orang mulai menjauh dariku, bahkan sampai memusuhiku. Mungkin saking takutnya mereka ke aku, mereka kemudian berubah menjadi bersikap kasar terhadapku.
Sejak saat itu, aku sering didorong untuk menjauh dari mereka. Awalnya begitu ... sampai kemudian, hal ini berubah menjadi malapetaka bagiku. Aku mulai mengalami perundungan yang membuat aku jadi trauma pergi ke rumah nenek!
Di masa SMP, perundungan terhadapku menjadi semakin intens. Aku sering dijahili teman-teman sekelasku, dikunci di toilet, dan hal-hal lainnya yang membuatku selalu frustrasi. Di sini, hidupku sempat agak membaik karena berkenalan dengan seorang tetangga baru rumahku yang ternyata juga seumuran denganku.
Namanya Selia Andrea. Dia berasal dari keluarga yang cukup berada karena ayahnya bekerja di sebuah perusahaan besar Jakarta. Bisa dibilang, rumahnya juga yang paling besar di wilayah tempat tinggalku.
Selia sangat baik dan sering menghiburku yang sering dirundung. Dia juga sangat cantik, tapi enggak pernah bersikap sombong terhadapku. Namun, masalah berubah saat ia masuk SMA yang sama denganku.
Seperti sebelumnya, di masa SMA aku kembali mengalami perundungan. Bisa dibilang, ini adalah masa yang paling sulit bagiku karena semua perundungan terhadapku berkembang menjadi penyiksaan fisik tanpa henti. Ditampar, dijambak, disiram dengan air urine anjing, dipermalukan ... adalah makananku sehari-hari. Aku bahkan pernah beberapa kali sampai berdarah karena para perundungku.
Setiap kali Selia melihatku sedang dirundung, ia akan membelaku. Sayangnya, Selia enggak pernah berada di kelas yang sama denganku. Ia juga merupakan anggota OSIS dan lebih sibuk dengan teman-teman OSIS-nya sampai enggak bisa selalu memantauku.
Di masa inilah aku mengenal sosok Aldi Abbas, laki-laki idola di sekolahku yang terbilang pintar dan sangat baik, dan juga merupakan anak kepala sekolah kami. Saking baiknya Aldi, ia lebih sering membelaku di sekolah dibanding dengan Selia. Kami memang enggak berteman dekat dan jarang berbicara, tapi Aldi selalu peduli padaku.
Aku SANGAT menyukai Aldi, sampai-sampai hampir semua isi pembicaraanku dengan Selia ketika kami sudah di rumah, selalu berpusat pada diri pria itu. Aku bahkan lebih mampu menghadapi perundungan apa pun setelahnya karena mulai merasa bahagia dengan adanya sosok Aldi yang sering membantuku.
Meski begitu, aku dan Aldi baru mulai sering berbicara ketika kami masuk ke kelas yang sama di tahun terakhir sekolahku. Setidaknya berkat Aldi, aku mulai hanya mengalami perundungan di jam-jam pulang sekolah dan enggak lagi sepanjang hari.
Betapa senangnya aku dengan kebaikan Aldi, sampai-sampai suatu ketika, aku melakukan hal terbodoh yang akhirnya aku sesali untuk seumur hidupku. Menjelang akhir masa ujian semester ganjil, Aldi untuk pertama kalinya bercerita panjang ke aku kalau dirinya mungkin akan dituduh sudah menjual soal ujian sekolah ke beberapa anak kelas dua belas lainnya yang sedang berjuang untuk memperbaiki nilai mereka.
Karena kasihan padanya, aku bersikap sok pahlawan dengan mengaku ke pihak guru kalau bukan Aldi yang melakukannya, melainkan aku. Aku enggak pernah membayangkan sebelumnya kalau konsekuensi dari tindakanku akan luar biasa besar sampai merusak diriku sendiri, dan juga karir mamaku yang merupakan guru di sekolahku.
Tiket PMDK yang aku miliki untuk lebih mudah masuk ke universitas tujuanku sampai dicabut karena kasus ini. Yang lebih buruk, mamaku akhirnya dipecat dari sekolah karena dituduh sudah membocorkan soal ujian ke aku yang merupakan anaknya. Akibat dari hal itu, semua nilaiku dari kelas sepuluh kembali dievaluasi, dan aku dihujat massal oleh seluruh isi sekolahku.
Meski merasa sangat malu di sekolah dan merasa bersalah ke mama, aku tetap berusaha bersikap tegar dan enggak membocorkan rahasia Aldi. Perempuan yang menyukai laki-laki dengan naif memang bisa semengerikan aku, kan? Ya, saat itu aku masuk dalam barisan perempuan yang tolol karena cinta.
Akibatnya, ketika pada akhirnya aku tahu kenyataan sebenarnya di balik semua kasus yang menimpaku, aku langsung merasa hancur total. Siang itu di pertengahan Januari tahun 2015, aku melihat Aldi dan sahabatku, Selia, sedang berbicara secara diam-diam di belakang sekolah.
Aku mendengar jelas kalau ternyata orang yang menjual soal ujian sekolah adalah Selia. Hanya untuk bisa meraih nilai bagus sebelum masuk ke perguruan tinggi, ia mengaku memanfaatkan Aldi yang ternyata menyukainya, dengan mencuri kunci laci soal ujian sekolah dari ruang kerja ayah Aldi.
Bodohnya Aldi, dia enggak marah ke Selia soal itu dan malah mengaku kalau ia sengaja diam soal tuduhan terhadapku untuk melindungi Selia. Mereka mengatakan kalau mereka kasihan padaku. Ironisnya, rasa iba mereka itu malah berakhir dengan adegan ciuman di belakang sekolahku yang membuatku sampai enggak bisa menahan tangis.
Ya, sejak mencuri dengar pembicaraan mereka, aku menjadi luar biasa marah. Selia tahu benar kalau sejak kelas satu, aku sudah menyukai Aldi. Ia juga tahu kalau semenjak papaku meninggal dunia, mamaku adalah satu-satunya pencari nafkah di rumah. Ia tahu benar kalau aku bahagia saat mendapat PMDK untuk masuk ke universitas yang jauh, demi bisa menghindari perundungan abadi terhadapku.
Dan Aldi ....
Meski aku selalu melihat rasa bersalah dan rasa kasihan dari matanya semenjak kejadian itu, aku enggak bisa memaafkannya. Aku benci dia dan Selia yang sudah memanfaatkanku --- SANGAT BENCI.
Kalau saja Selia enggak berakhir dengan ikut menyukai Aldi dan kemudian memanfaatkannya untuk soal ujian, ini semua enggak akan terjadi. Kalau saja Aldi menyukai aku, dia enggak akan diam demi Selia, dan akan berbicara jujur ke papanya soal kasus itu. Itu semua bisa menyelamatkan hidupku dan mamaku yang telanjur terpuruk.
Kalau saja ....
Setelah sebulan lebih terus menangis dan merasa luar biasa sakit hati, aku lalu memutuskan untuk melakukan perbuatan sangat bodoh dan tanpa pertimbangan. Hanya karena dendam dan ingin mengubah nasibku, aku kembali mendatangi nenekku dan akhirnya meminta bantuannya.
"Nini, tolong aku. Aku butuh membuat seorang laki-laki sangat menyukaiku," kataku pada nenek saat itu sambil menangis.
Nenekku yang memang enggak suka melihat aku menangis, enggak bertanya lebih lanjut tentang apa yang menimpaku dan hanya mengangguk. Setelah itu, ia menyuruhku melakukan puasa tertentu dan melakukan detoksifikasi untuk memurnikan darah dalam tubuhku.
Aku ingat setelah tujuh malam, ia mengambil darah dari tubuhku dan melakukan sesuatu. Aku ingat diminta untuk mengikuti ritual aneh bersamanya dan seorang pesuruhnya, termasuk menari dalam lingkaran api, dalam kondisi tubuh yang tanpa sehelai benang pun.
Kalau aku ingat itu sekarang, rasanya sangat memalukan, mengerikan, dan lucu sekaligus. Anehnya, saat itu aku begitu gelap mata dan menuruti saja semua perintah nenek. Sebelum pulang dari rumahnya, nenek memberi aku sebuah botol kecil dengan cairan berwarna ganjil untuk aku bawa pulang.
"Tuangkan ini ke dalam minuman laki-laki yang kamu mau itu," ujarnya ke aku.
Lagi-lagi, aku menurut. Aku menuangkan seluruh cairan itu ke dalam botol minuman soda dingin yang kemudian aku berikan untuk Aldi sebelum kami pulang sekolah. Aku pikir, nasibku mungkin akan berubah setelah itu.
Namun, segalanya ternyata tetap berjalan di luar harapanku. Aku enggak melihat adanya perubahan dalam diri Aldi begitu ketika kami kembali bertemu keesokan harinya.
Satu hari selanjutnya ... satu minggu selanjutnya ... bahkan satu bulan selanjutnya, sikap Aldi ke aku enggak juga berubah. Dia tetap enggak menyukai aku dan malah menunjukkan kalau dia dan Selia sudah mulai berpacaran secara terbuka.
Aku malah lebih sering mengalami perundungan setelah itu dan tetap hidup menderita sampai kami semua lulus SMA. Namun, ada satu tragedi di masa itu yang membuat Selia mendadak berubah menjadi lebih pendiam. Kedua orang tuanya secara mengejutkan ditemukan dalam kondisi tewas terbunuh di rumah mereka.
Meskipun begitu, hidupnya setelah itu menjadi jauh lebih beruntung. Yang aku dengar, ada orang kaya yang mendadak membiayai hidupnya dan mengirimnya untuk kuliah ke luar negeri. Ia juga pindah dari lingkungan rumahku dan menjalani hidup yang jauh lebih mewah.
Sementara aku ....
Bak kutukan tanpa henti, sampai aku sudah terpisah dengan semua orang di sekolahku dulu dan mulai menjadi mahasiswa pun, rumor tentangku tetap mengekor dan membuatku dijauhi oleh banyak mahasiswa lain yang baru mengenalku. Hidupku dan hidup mamaku juga sempat diwarnai dengan masa-masa di mana kami mengalami kesulitan finansial.
Aldi sendiri kuliah di universitas paling bergengsi di Indonesia karena kepintarannya. Kami semua sama sekali enggak pernah bertemu lagi setelah itu.
Ketika aku dan mama membesuk nenek yang sakit keras di tahun terakhir kuliahku, aku sempat bertanya soal ramuan pelet nenek yang ternyata gagal. Nenek bilang, sebenarnya enggak ada kemungkinan gagal karena ramuan itu sangat kuat. Seharusnya saat saling bertatapan dengan Aldi setelah ia meminumnya, pria itu akan jadi sangat menyukaiku.
Karena itulah, kami kemudian sama-sama mengambil kesimpulan kalau Aldi mungkin sudah membuang minuman dariku dan enggak pernah meminumnya sama sekali. Tentunya setelah mendengar itu, aku pun mulai berpikir untuk melupakan segalanya saja dan melanjutkan hidupku.
Nenekku meninggal hanya sebulan setelah masuk rumah sakit. Sementara mamaku tetap kesulitan mencari pekerjaan sebagai guru di sekolah lagi. Namun, ia akhirnya memutuskan untuk membuka kedai warung nasi sederhana di dekat rumah kami, dan semenjak itu, kami mulai mendapat penghasilan lagi.
Yang membiayai kuliahku dan hidup kami sebelum itu tentunya adalah nenekku yang kaya. Namun, setelah ia mati, semua harta peninggalannya diserahkan mama ke yayasan-yayasan sosial karena mama terlalu takut untuk menggunakan uang nenek lagi yang dianggapnya mungkin haram. Karena itulah, kami memutuskan untuk tetap hidup sederhana setelah kematian nenek.
Ya, tetap enggak ada perubahan besar dalam hidup sialku setelah semua yang terjadi. Aku tetap enggak punya teman dan hidup tanpa banyak uang.
Aku bahkan mulai berpikir kalau kelak aku mungkin akan mati dibenci dengan mengemban cap sebagai cucu seorang dukun terkenal yang berbahaya. Setidaknya, itu yang aku pikirkan sampai bertahun-tahun kemudian, aku mulai bertambah dewasa dan benar-benar sudah melupakan segalanya.