Puisi ini menggambarkan pengalaman mengerikan dari aksi perundungan yang kerap terjadi di tengah-tengah masyarakat, dan menyoroti kesedihan serta keputusasaan yang dirasakan oleh para korban. Melalui gambaran trauma yang menghantui, puisi ini mengungkap jeritan permintaan tolong di tengah-tengah siksaan yang tiada henti.
Seseorang, tolong aku!
Mereka membuat lututku bertekuk di hadapan mereka
Mereka membuat kedua tanganku memohon pada mereka
Mereka membuatku menangis dalam rasa hina dan takut yang tak berkesudahan
Aku diremuk mereka, dihina, dibuat tak berharga di bawah mata kaki mereka
Ragaku penuh perih, dan jiwaku luluh lantak karena tak henti menjadi kelakar
Mereka meninggalkan kelam, menjadi keabadian di kepalaku
Bahkan nyawaku ...
Ah, nyawaku menjadi tak berharga karena luka yang mereka toreh
Seseorang, tolong dengarkan pekik dari tenggorokanku yang tercekat
Lihat tangis dari wajahku yang memohon uluran tanganmu
Jangan berpaling dariku, tolong jangan lakukan itu
Aku sangat butuh pertolongan darimu
Karena itu, jangan abaikan aku
Seseorang, tolong aku!
Tolong keluarkan aku dari cengkeraman mereka yang berkuasa atasku
Karena jika kau terus menutup matamu atas nerakaku
Aku mungkin akan berakhir ... dan menjadi karma bagimu
Bagikan tautan halaman puisi ini melalui: